BlogArtikelApakah Screen Time untuk Belajar Sekolah Juga Perlu Dibatasi?

Apakah Screen Time untuk Belajar Sekolah Juga Perlu Dibatasi?

Apakah Screen Time untuk Belajar Sekolah Juga Perlu Dibatasi

Mediascanter.id Di era pendidikan digital, penggunaan gadget untuk keperluan sekolah semakin meningkat. Anak-anak kini terbiasa belajar melalui platform daring, menonton video pembelajaran, hingga mengerjakan tugas lewat perangkat digital. Lalu muncul pertanyaan penting: apakah screen time untuk belajar juga perlu dibatasi? Meskipun tujuannya edukatif, waktu menatap layar untuk belajar tetap perlu dikelola dengan bijak demi menjaga kesehatan dan keseimbangan aktivitas anak.

Screen Time Belajar: Antara Manfaat dan Risiko

Penggunaan layar untuk keperluan sekolah jelas berbeda dengan screen time untuk hiburan. Saat anak belajar lewat perangkat digital, mereka tetap menerima stimulasi kognitif yang bermanfaat. Namun, durasi yang terlalu panjang tetap bisa memberikan dampak negatif, terutama dari sisi kesehatan fisik dan mental.

Beberapa manfaat screen time untuk belajar antara lain:

  • Akses informasi yang lebih luas: Anak bisa belajar melalui berbagai sumber digital seperti e-book, video edukasi, dan simulasi interaktif.

  • Fleksibilitas dalam belajar: Platform digital memungkinkan anak belajar sesuai kecepatan mereka sendiri.

  • Keterampilan teknologi: Anak terbiasa menggunakan teknologi yang akan dibutuhkan di masa depan.

Namun, jika terlalu lama di depan layar tanpa jeda, anak tetap berisiko mengalami kelelahan mata, gangguan postur tubuh, bahkan stres mental.

Mengapa Screen Time Belajar Tetap Perlu Dibatasi

Meskipun bertujuan positif, screen time belajar tetap harus dikendalikan. Bukan berarti mengurangi waktu belajarnya, tetapi mengatur durasi, pola, dan intensitas agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Beberapa alasan pentingnya pembatasan screen time belajar:

  1. Kesehatan mata dan postur tubuh
    Belajar dengan layar dalam waktu lama dapat menyebabkan mata lelah, nyeri kepala, dan nyeri leher. Anak juga bisa duduk dalam posisi yang tidak ergonomis, yang berisiko mengganggu perkembangan tulang.

  2. Keseimbangan aktivitas fisik dan sosial
    Waktu belajar daring yang panjang bisa mengurangi waktu anak untuk bermain di luar, berinteraksi langsung dengan keluarga atau teman, serta melakukan aktivitas fisik yang penting bagi pertumbuhannya.

  3. Kelelahan mental (mental fatigue)
    Belajar terus-menerus di depan layar tanpa jeda bisa membuat anak kelelahan secara mental, yang pada akhirnya menurunkan konsentrasi dan motivasi belajar.

Berapa Lama Screen Time Belajar yang Aman?

Tidak ada angka pasti yang berlaku untuk semua anak, karena kebutuhan belajar bisa berbeda-beda. Namun, para ahli pendidikan dan kesehatan anak menyarankan agar screen time belajar diatur dengan prinsip “frekuensi pendek tapi sering diselingi istirahat.”

Salah satu metode yang bisa digunakan adalah teknik 20-20-20:
Setiap 20 menit menatap layar, istirahatlah selama 20 detik dengan melihat objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter).

Jika anak harus belajar daring selama 2–3 jam sehari, pastikan waktu tersebut dibagi dalam sesi yang lebih pendek, diselingi aktivitas fisik, minum air putih, atau berjalan ringan agar tubuh tetap bergerak.

Tips Sehat Mengatur Screen Time Belajar

Agar screen time belajar tetap bermanfaat dan tidak berdampak negatif, berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:

  1. Buat jadwal belajar yang seimbang
    Susun waktu belajar digital dengan jeda istirahat dan aktivitas non-digital. Misalnya, 30 menit belajar → 10 menit istirahat → lanjut 30 menit berikutnya.

  2. Gunakan perangkat secara ergonomis
    Pastikan layar sejajar mata, kursi nyaman, dan pencahayaan ruangan cukup. Hal ini mencegah kelelahan mata dan nyeri tubuh.

  3. Batasi multitasking di layar
    Hindari membuka aplikasi hiburan selama sesi belajar. Fokuskan anak hanya pada materi pelajaran.

  4. Ajak anak refleksi setelah belajar
    Setelah sesi belajar, ajak anak berdiskusi mengenai apa yang dia pelajari. Ini membantu menguatkan pemahaman dan mengurangi ketergantungan terhadap gadget.

Alternatif Kegiatan Belajar Non-Layar

Selain menggunakan layar, anak tetap bisa belajar melalui media lain yang lebih menyegarkan:

  • Membaca buku cetak: meningkatkan konsentrasi dan mengurangi kelelahan mata.

  • Menulis tangan: membantu daya ingat dan koordinasi motorik halus.

  • Eksperimen langsung: seperti praktik sains sederhana di rumah atau bermain peran untuk melatih logika dan komunikasi.

Mengombinasikan pembelajaran digital dan konvensional akan menciptakan pengalaman belajar yang lebih seimbang dan menyenangkan.

Peran Orang Tua dalam Mengawasi Screen Time Belajar

Orang tua memegang kunci utama dalam mengelola screen time anak, termasuk untuk kebutuhan sekolah. Peran yang bisa orang tua lakukan:

  • Mengawasi dan mendampingi sesi belajar: pastikan anak tetap fokus dan tidak terganggu notifikasi dari aplikasi lain.

  • Memberi contoh positif: saat anak belajar, hindari menggunakan ponsel untuk hiburan di dekat mereka.

  • Membuat lingkungan belajar yang mendukung: sediakan ruang belajar yang tenang, nyaman, dan bebas gangguan.

Screen time untuk belajar memang penting, tapi bukan berarti tidak perlu membatasi. Dengan mengatur waktu belajar digital secara bijak, memberikan jeda yang cukup, dan menggabungkan dengan kegiatan non-layar, anak akan mendapatkan manfaat maksimal dari pembelajaran tanpa mengorbankan kesehatannya. Keterlibatan aktif orang tua sangat menentukan keberhasilan pembatasan ini agar anak tumbuh sehat, cerdas, dan seimbang di era digital.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *